Langkah Menuju Era Baru
Berlangganan buletin
Berlangganan
#286Februari 2025

Langkah Menuju Era Baru

kembali ke daftar isi

Badan Energi Internasional (IEA) telah merilis laporan analitis berjudul The Path to a New Era for Nuclear Energy (“Menuju Era Baru Energi Nuklir”). Sayangnya, laporan ini tidak luput dari bias dan distorsi: para penyusunnya berusaha keras untuk tidak menyebutkan kiprah Rusia dalam pembangunan kapasitas tenaga nuklir baru, termasuk reaktor skala kecil. Karena itu, data dalam laporan ini akan kami padukan dengan informasi mengenai industri nuklir Rusia.

Keadaan Saat Ini

Meski demikian, laporan tersebut tetap mencatat bahwa pelaku paling aktif di pasar energi nuklir adalah Rusia dan Tiongkok. Kedua negara inilah yang menjadi penggerak utama perkembangan sektor ini. Dari 52 reaktor yang konstruksinya dimulai secara global sejak tahun 2017, 25 merupakan desain Tiongkok dan 23 desain Rusia. Negara-negara yang secara tradisional digolongkan sebagai “ekonomi maju” memang masih memiliki sebagian besar pembangkit nuklir dunia, tetapi diperkirakan pada tahun 2030 Tiongkok akan melampaui Amerika Serikat dan Uni Eropa dalam hal total kapasitas PLTN terpasang.

“Peremajaan armada pembangkit ini tidaklah mudah: industri nuklir di negara-negara yang secara tradisional dianggap sebagai pemimpin pasar, seperti Amerika Serikat dan Prancis, dalam beberapa tahun terakhir menghadapi kesulitan akibat keterlambatan proyek dan pembengkakan biaya pembangunan reaktor daya besar baru,” demikian laporan tersebut menyatakan. Dalam kalimat ini, seperti samudra dalam setetes air, tercermin masalah utama penyusun laporan: menampilkan Amerika Serikat sebagai pemimpin, sembari tetap mempertahankan akurasi atas fakta yang menunjukkan bahwa posisi terdepan justru ditempati oleh Rusia dan Tiongkok. Para penyusun laporan melihat hal ini sebagai risiko, namun sejatinya ini adalah peluang besar bagi mereka yang memilih bekerja sama dengan Rosatom, yang terus menyempurnakan solusi teknologinya.

Dari 52 reaktor yang sedang dibangun di dunia, 23 reaktor merupakan desain Rusia.

“Meskipun posisi kami di dunia nuklir sudah cukup kuat, kami tidak berhenti berkembang. Kami terus menyempurnakan pekerjaan kami — baik dari sisi desain peralatan dengan tingkat keselamatan yang belum pernah ada sebelumnya, maupun dari sisi efisiensi ekonomi produk kami. Saat ini, kami sedang mengembangkan sistem reaktor daya dengan kapasitas yang lebih tinggi, karakteristik operasional yang lebih modern, dan kinerja teknis serta ekonomi yang ditingkatkan, untuk digunakan baik di Rusia maupun di luar negeri,” ujar Valery Kryzhanovsky, Kepala Perancang OKB Gidropress, saat mengomentari pengiriman reaktor VVER-1000 ke PLTN Kudankulam di India.

Pertumbuhan Kapasitas, Baik Besar Maupun Kecil

Para penyusun laporan yakin bahwa pembangkitan nuklir akan terus berkembang dalam ketiga skenario yang mereka usulkan. Skenario pertama, STEPS, mengasumsikan kelanjutan kebijakan saat ini. Skenario kedua, APS, pemenuhan komitmen negara dan organisasi. Skenario ketiga, NZE, bertujuan mencapai nol emisi bersih. “Jumlah reaktor nuklir di dunia bertambah dalam ketiga skenario tersebut. Dalam skenario STEPS, kapasitas meningkat sekitar setengah — dari 416 gigawatt (GW) pada akhir 2023 menjadi 650 GW pada tahun 2050; dalam skenario APS lebih dari dua kali lipat — menjadi 870 GW; dan dalam skenario NZE melebihi 1.000 GW (gambar 2.3). Dalam setiap kasus, perpanjangan masa operasional reaktor memainkan peran penting. Sebagai contoh, dalam skenario APS, pada tahun 2040 perpanjangan masa operasional menyumbang sekitar 150 GW atau 20% dari kapasitas global,” — demikian isi laporan tersebut.

Fokus utama dalam ringkasan laporan ini diberikan pada reaktor modular kecil (RMK): “Dengan dukungan negara dan melalui model bisnis baru, proyek RMK yang kompetitif dalam hal biaya dapat membuka jalan menuju era baru energi nuklir.” Namun, dalam teks utama laporan dicatat bahwa meskipun terdapat minat terhadap RMK, mereka tetap tidak akan mendominasi sektor energi nuklir di masa depan: “Reaktor berdaya besar menyumbang sebagian besar dari kapasitas nuklir baru dalam semua skenario; sebagai contoh, dalam skenario APS selama periode 2024 hingga 2050, kapasitas reaktor jenis ini yang dibangun akan melebihi 500 GW.”

Perlu dicatat bahwa di Rusia, hingga 2042, Rosatom berencana membangun 38 unit daya besar, menengah, dan kecil, termasuk yang pertama di dunia. Total kapasitas unit-unit tersebut sebesar 29,3 GW. Di antaranya delapan unit masing-masing berkapasitas 1200 MW, tujuh unit masing-masing 1255 MW, dua unit masing-masing 1000 MW, dan lima unit masing-masing 600 MW.

Tentu saja, ada juga rencana untuk RMK. Misalnya, direncanakan peluncuran PLTN pertama di dunia dengan reaktor neutron cepat berpendingin timbal BREST-OD-300. Selain itu, Rosatom mengembangkan pembangkit energi terapung dengan reaktor RITM-200 untuk menyediakan energi bagi tambang Baimsky, sedang melakukan pekerjaan persiapan untuk pengecoran beton di PLTN modular kecil Yakutia dengan versi darat dari reaktor RITM-200, serta mengembangkan proyek-proyek dengan reaktor RITM-400 dan “Shelf”.

38 unit pembangkit tenaga nuklir dengan kapasitasnya 29,3 GW akan dibangun di Rusia hingga tahun 2042

Selain itu, Rosatom menjadi yang pertama dalam sejarah yang menandatangani kontrak ekspor untuk pembangunan RMK. Enam unit dengan reaktor RITM-200 akan dibangun di Provinsi Jizzax, Uzbekistan. Akhirnya, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Terapung yang memasok listrik dan panas ke Pevek di Chukotka — semua fakta ini menunjukkan bahwa Rosatom memegang posisi kepemimpinan global dalam segmen Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Skala Kecil.

Naik Turunnya Investasi

Investasi tahunan di sektor energi nuklir, yang mencakup pembangunan pembangkit baru dan perpanjangan usia operasional pembangkit yang sudah ada, meningkat hampir 50% dalam tiga tahun sejak 2020, melebihi $60 miliar. Sebagaimana dicatat dalam laporan, ketiga skenario memprediksi kenaikan investasi global dan kapasitas terpasang di bidang nuklir.

Dalam skenario STEPS, investasi di sektor nuklir akan meningkat sedikit: dari sekitar 65 miliar dolar AS pada tahun 2023 menjadi sekitar 70 miliar dolar AS pada tahun 2030. Sekitar 80% dari investasi pada 2030 akan diarahkan untuk pembangunan reaktor besar baru, 10% untuk PLTN skala kecil, dan 10% sisanya untuk perpanjangan umur operasional dan peningkatan kapasitas reaktor yang sudah ada. Namun, setelah 2030, investasi tahunan di sektor nuklir akan menurun, terutama setelah 2040, dan diperkirakan hanya mencapai 45 miliar dolar AS pada tahun 2050. Penurunan ini dijelaskan dalam laporan sebagai akibat dari menurunnya pembangunan reaktor baru di Tiongkok serta berkurangnya investasi baik pada reaktor besar maupun RMK.

Dalam skenario APS, investasi global dalam energi nuklir, menurut laporan, akan hampir dua kali lipat dan mencapai sekitar 120 miliar dolar AS pada tahun 2030. Dari jumlah tersebut, sekitar 25 miliar dolar akan dialokasikan untuk PLTN skala kecil. Setelah itu, investasi dalam pembangkit besar dan kecil akan turun tajam. Pada tahun 2050, investasi diperkirakan hanya sebesar 60 miliar dolar AS. Setelah 2040, lebih dari sepertiga dari total investasi di sektor energi nuklir akan diarahkan ke RMK. Menurut para ahli IEA, penurunan ini disebabkan oleh fakta bahwa sistem energi di banyak negara akan mendekati atau bahkan mencapai target dekarbonisasi penuh pada tahun 2050, sehingga kebutuhan akan pembangkit baru beremisi rendah akan menurun.

Dalam Skenario NZE, menurut perkiraan penulis laporan, investasi akan mencapai 155 miliar dolar AS pada tahun 2030, lalu menurun hingga sekitar 70 miliar dolar AS pada tahun 2050. Estimasi ini juga dijelaskan oleh para penulis sebagai akibat dari percepatan dekarbonisasi sistem energi pada tahun 2040.

Dalam semua skenario, peningkatan permintaan listrik yang lebih kuat dari perkiraan dapat memperbaiki prospek stabilitas investasi jangka panjang di sektor energi nuklir.

Menurut estimasi IEA, pada periode 2024 hingga 2050, total investasi di bidang energi nuklir dapat mencapai 1,7 triliun dolar dalam skenario STEPS, 2,5 triliun dolar dalam APS, dan sekitar 2,9 triliun dolar dalam skenario NZE.

Tentu, meningkatnya aliran dana ke industri nuklir global bisa dianggap sebagai kabar baik. Namun, jika membandingkan angka-angka tersebut dengan investasi di sektor energi lainnya, menjadi jelas bahwa minat investasi terhadap energi nuklir tetap sangat rendah. Misalnya, dalam laporan Energy Outlook dari perusahaan BP yang dirilis pada Juli 2024, disebutkan bahwa investasi dalam tenaga rendah-karbon telah tumbuh sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Sejak 2019, investasi meningkat sekitar 50% dan mencapai sekitar 1,9 triliun dolar pada tahun 2023. Perbandingan sederhana menunjukkan bahwa kontribusi energi nuklir terhadap total investasi dalam tenaga rendah-karbon pada tahun 2023 hanya sekitar 3,4%, sementara total investasi dalam energi nuklir selama 27 tahun dalam skenario STEPS bahkan lebih rendah dari investasi tahunan tenaga rendah-karbon hanya pada tahun 2023.

Lebih dari 60 miliar dolar AS — investasi global tahunan dalam energi nuklir

Rekomendasi Tindakan

Para pakar IEA mencatat bahwa model pembiayaan seperti kemitraan pemerintah-swasta atau pembiayaan proyek tidak cocok untuk pembangunan pembangkit nuklir baru karena risiko terkait durasi operasi yang panjang, biaya tinggi, pembengkakan anggaran, dan waktu lama hingga pengembalian investasi. Oleh karena itu, dukungan negara yang berkelanjutan sangat diperlukan — terutama untuk proyek-proyek yang pertama kali diterapkan.

Untuk mengurangi risiko pembengkakan biaya, dibutuhkan basis industri yang kuat, rantai pasokan yang tangguh dan fleksibel, pendekatan produksi berseri dan standarisasi dalam pelaksanaan proyek serta pembuatan peralatan, serta tenaga kerja yang terlatih.
Semua kualitas ini dimiliki oleh Rosatom. Perusahaan negara ini memiliki fasilitas produksi sendiri untuk pembuatan peralatan penting, sumber daya komputasi dan perangkat lunak tersendiri untuk menghitung rancangan dan desain unit, komponen, bahan bakar, serta perilaku zona aktif reaktor, dan masih banyak lagi.

Rosatom mengembangkan proyek-proyek baru yang pertama kali diterapkan di Rusia, lalu diproduksi secara berseri dan ditawarkan ke pelanggan di seluruh dunia. Dalam segmen reaktor daya besar, contohnya adalah reaktor VVER-1200. Unit-unit ini telah dibangun di PLTN Leningrad dan Novovoronezh di Rusia, serta di Belarus. Saat ini, proyek serupa sedang dibangun di Rusia, Tiongkok, Turki, Mesir, Bangladesh, dan dalam waktu dekat akan dimulai di Hungaria. Dalam segmen reaktor modular kecil, contohnya adalah reaktor RITM-200, yang telah beberapa tahun beroperasi di kapal pemecah es Proyek 22220. Saat ini, Rosatom mengembangkan pembangkit listrik terapung dan darat berbasis reaktor ini. Langkah selanjutnya adalah sistem energi dua-komponen dengan siklus bahan bakar nuklir tertutup — teknologi reaktor Generasi IV berbasis neutron cepat. “Pada dekade berikutnya, kami akan mulai membangun unit-unit besar dengan teknologi ini di negara kami dan menawarkan proyek-proyek ini kepada pelanggan internasional,” kata Direktur Jenderal Rosatom, Alexey Likhachev, dalam forum “Znanie. Gosudarstvo” (“Pengetahuan. Negara”) pada akhir bulan Januari.

Rosatom terus menyempurnakan teknologi dan material untuk pembangunan unit energi dan bahan bakar nuklir, termasuk penggunaan teknologi aditif dan material komposit. Budaya produksi juga terus dikembangkan, dengan perbaikan dalam proses teknologi dan bisnis — seringkali berasal dari inisiatif karyawan perusahaan itu sendiri. Selain itu, Rosatom menjalankan program besar-besaran dalam pelatihan tenaga kerja berkualifikasi tinggi, yang dimulai sejak tingkat sekolah dasar, bahkan taman kanak-kanak.

Dengan demikian, hal-hal yang masih menjadi rekomendasi IEA bagi para audiens targetnya, telah lama dipraktikkan secara konsisten oleh Rosatom.