Efek WAW
kembali ke daftar isiDelegasi Indonesia berpartisipasi aktif dalam forum internasional Pekan Atom Dunia (World Atomic Week, WAW) yang diselenggarakan di Moskow pada akhir September. Rincian lebih lanjut tentang forum ini dapat dibaca di bagian berita utama edisi ini. Perwakilan Indonesia berdiskusi dengan peserta lain mengenai prospek pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) berkapasitas besar maupun kecil, potensi kedokteran nuklir, produksi isotop medis, dan berbagai topik lainnya.
Topik pembangkit berkapasitas kecil, termasuk dalam format pembangkit terapung (floating power unit), menjadi salah satu topik paling hangat di WAW. Dua meja bundar internasional membahas isu ini dan mempertemukan perwakilan pemerintah serta kalangan bisnis dari negara-negara utama di kawasan Asia-Pasifik (Thailand, Indonesia, Myanmar, Filipina) dan Afrika (Ghana, Afrika Selatan).
Di kota Pevek (Rusia), satu-satunya unit tenaga terapung di dunia, Akademik Lomonosov, telah beroperasi dengan sukses selama lima tahun. Wakil Gubernur Okrug Otonomi Chukotka Anton Yaremchuk menjelaskan bagaimana kehidupan kota berubah sejak saat itu: pasokan energi menjadi lebih andal, infrastruktur kota dimodernisasi, dan Pevek kini menarik pengunjung dari berbagai penjuru dunia.
Menurut Andrey Nikipelov, Wakil Direktur Jenderal Bidang Rekayasa Mesin dan Solusi Industri Rosatom, pembangkit nuklir terapung yang menghasilkan energi “hijau” secara stabil adalah solusi ideal bagi negara-negara yang baru memulai langkah di bidang energi nuklir. “Solusi tenaga nuklir terapung sangat praktis, dapat diskalakan, dapat menyediakan energi sesuai kebutuhan. Unit terapung ini juga mobil, bisa dipindahkan ke lokasi dan waktu yang diinginkan pelanggan. Kami menyediakan energi siap pakai, sementara semua tantangan teknis kami tangani sendiri,” — ujar Nikipelov.
Pembangkit tenaga nuklir terapung dapat menjawab kebutuhan energi di berbagai sektor industri. Tak mengherankan bila banyak negara, termasuk Indonesia, berminat untuk mengadopsi teknologi semacam ini.
Seperti disampaikan oleh Pornperm Tongsri, Ketua Komite Tetap Energi Senat Thailand, meskipun kapasitas listrik yang ada saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan industri, permintaan energi di masa depan, terutama untuk pusat data dan kecerdasan buatan (AI), akan meningkat pesat. Dalam konteks ini, reaktor modular kecil (SMR) bisa menjadi solusi tepat.
Sementara itu, Mikhail Chudakov, Wakil Direktur Jenderal IAEA (Badan Tenaga Atom Internasional), menyatakan bahwa organisasi tersebut tengah mengembangkan adaptasi standar IAEA dan IMO (Organisasi Maritim Internasional) guna mempercepat penerapan luas PLTN terapung, karena melihat potensi besar serta permintaan tinggi terhadap teknologi tersebut dalam jangka menengah.
Ditandatangani di WAW
Perusahaan Rosatom Energy Projects (bagian dari Korporasi Rosatom) dan perusahaan Indonesia PLN Nusantara Power menandatangani Nota Kesepahaman tentang kerja sama dalam penyusunan pra-studi kelayakan pembangunan PLTN di wilayah Republik Indonesia berbasis teknologi nuklir Rusia. Nota ini menetapkan langkah-langkah lanjutan dalam memperkuat kerja sama Rusia–Indonesia untuk menilai berbagai opsi penerapan energi nuklir ke dalam bauran energi nasional Indonesia.
Atom untuk Negara-Negara ASEAN
Sesi khusus WAW didedikasikan untuk membahas solusi energi nuklir bagi negara-negara ASEAN. Negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi cepat dan populasi yang terus meningkat ini menunjukkan ketertarikan besar terhadap pemanfaatan energi nuklir secara damai. Saat ini tidak ada satu pun negara anggota ASEAN yang memiliki PLTN yang beroperasi atau sedang dibangun, namun beberapa di antaranya memiliki sejarah panjang dalam pengembangan teknologi nuklir, termasuk pengoperasian reaktor riset. Para peserta sesi membahas langkah-langkah yang perlu diambil untuk meluncurkan program nuklir nasional, serta bagaimana pendekatan penerapan teknologi nuklir di kawasan ASEAN dapat berbeda dari praktik global yang umum.
Kedokteran Nuklir untuk Semua
Para peserta diskusi bertajuk “Perjalanan Sepanjang Waktu Paruh” membahas tren perkembangan kedokteran nuklir dan pentingnya kerja sama internasional di bidang ini. Profesor kimia nuklir dan kepala bidang radiofarmaka BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional, Indonesia), Rohadi Awaludin, mengingatkan bahwa di Indonesia saat ini beroperasi tiga reaktor riset, yang memproduksi isotop penting bagi kedokteran nuklir seperti iodin-131 dan samarium-153. Ia juga menyebut bahwa sejumlah isotop medis baru, termasuk terbium-161, sedang dalam tahap penelitian dan pengembangan (R&D).23
Direktur bidang “Produk Radionuklida dan Kedokteran Nuklir” dari perusahaan Rosatom Science, Sergey Surov, menekankan bahwa banyak negara kini menunjukkan minat besar terhadap produksi radiofarmaka berbasis terbium-161. Sejumlah perusahaan sudah melakukan uji pra-klinis, dan beberapa di antaranya telah memasuki tahap uji klinis.“Diperlukan kerja sama berskala besar, dan langkah awalnya bisa berupa kolaborasi dalam produksi terbium-161 serta pengembangan produk turunannya. Kami mengusulkan pembentukan platform internasional, kelompok pakar multinasional untuk pengembangan terbium dalam kedokteran nuklir, yang akan menyatukan teknologi produksi nuklida, metode pemurnian, pengembangan radiofarmaka prospektif, dan transfer hasil ke klinik,” ujar Sergey Surov.

Kemampuan reaktor riset juga menjadi tema dalam meja bundar “Simfoni Aliran Neutron — Partitur Kemajuan: Bagaimana Reaktor Riset ‘Bersuara’ dalam Setiap Aspek Kehidupan.” Kepala kelompok teknologi radioisotop sekaligus wakil direktur Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri BRIN, Marlina, berbagi pengalaman penerapan produk reaktor riset dalam kedokteran nuklir. Ia menyampaikan bahwa Indonesia berencana memperluas jaringan pusat diagnostik dan terapi kanker dengan dukungan teknologi Rusia. Ditargetkan pada 2027, layanan pemindaian tomografi emisi positron akan tersedia di seluruh kepulauan Indonesia.
Perempuan dalam STEM
Topik penting lain yang diangkat dalam WAW dengan partisipasi delegasi Indonesia adalah dukungan bagi perempuan di sektor industri dan teknologi. Di sela forum, diluncurkan laporan internasional praktik terbaik berbagai negara dalam mendukung perempuan di bidang industri. Dokumen ini disusun oleh negara-negara anggota Dewan Internasional untuk Dukungan dan Pengembangan Perempuan di Industri dan Teknologi, yang dibentuk atas inisiatif Rosatom.
“Dokumen ini akan menjadi panduan praktis untuk memperluas pengalaman dan kompetensi terbaik perempuan dari 16 negara. Penting untuk dicatat bahwa pekerjaan ini akan diperbarui setiap tahun dan dilengkapi dengan bab-bab baru dari negara yang bergabung,” ujar Tatiana Terentieva, Wakil Direktur Jenderal bidang SDM Rosatom.
Tahun ini, jabatan Ketua Dewan Internasional tersebut dipegang oleh Geni Rina Sunaryo, Kepala Departemen Pengembangan Potensi Perempuan dari Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI).Ia menuturkan: “Sepanjang tahun, bersama anggota dewan dalam kelompok kerja “GirlsInSTEM”, kami telah menyelenggarakan lebih dari tujuh kegiatan daring dengan dukungan Komunitas Perempuan Rosatom untuk mahasiswi dari berbagai universitas teknik di sejumlah negara. Pada November mendatang, kami bersama Komunitas Perempuan Rosatom akan mengadakan Forum Perempuan Industri Berteknologi Tinggi Rusia-Indonesia. Fokus utama forum ini adalah rencana Indonesia dalam pengembangan teknologi tinggi di tengah transisi teknologi global, termasuk penerapan teknologi energi nuklir demi keamanan energi dan pertumbuhan industri nasional.”
Gagasan untuk Masa Depan
Sebagai bagian dari WAW, digelar babak final kejuaraan mahasiswa internasional Global HackAtom, yang didukung oleh Rosatom. Kompetisi ini mempertemukan lebih dari 50 pemenang tahap nasional dari 10 negara. Para finalis diberi waktu 24 jam untuk merancang proyek pemanfaatan teknologi nuklir masa depan di luar angkasa.Tim “Tahu Sumedang” dari Indonesia meraih juara kedua, dengan ide sistem pemantauan ritme tidur angkasawan dan terapi berbasis isotop radioaktif. Tim Indonesia juga menerima penghargaan khusus atas gagasan cemerlang dan presentasi yang luar biasa. Dewan juri internasional menilai tinggi kualitas teknis peserta serta menyoroti visi inspiratif tentang masa depan teknologi nuklir di luar angkasa.
Selain mengikuti program bisnis WAW, para peserta forum juga mengunjungi pameran kerja sama Rusia-Indonesia, yang menampilkan rencana pengembangan energi, kebudayaan, dan tradisi Indonesia.

